Grup band NOAH melakukan sesuatu yang besar dalam perjalanan baru
karir mereka. Mereka sukses menggelar konser di lima negara dalam
sehari semalam pada Minggu lalu (16/9). Bagaimana ribetnya mereka
melakukan itu semua?
“Naik turun pesawat, kepala rasanya mau pecah,” ucap Ariel di atas
panggung Skeeno Hall, Gandaria City, Jakarta Selatan, Senin dini hari
(17/9) itu.
Panggung tersebut merupakan
tujuan terakhir perjalanan panjang NOAH
hari itu. Rasa letih jelas tergambar di wajah para personel band yang
dulu bernama Peterpan tersebut. Terutama Ariel. Keringatnya terus
mengucur. Dia berkali-kali terlihat mengelap wajahnya dengan tangan.
Sebelum menjejakkan kaki di Jakarta, mereka manggung di Australia,
Hongkong, Malaysia, dan Singapura dalam sehari.
Bisa dibayangkan bagaimana ribetnya mereka melalui tur untuk
merayakan peluncuran album terbaru, Seperti Seharusnya, sekaligus
menandai kembalinya NOAH ke panggung musik tanah air tersebut.
Konsep pertunjukan itu dibuat untuk memecahkan rekor mereka.
Sebelumnya, saat masih bernama Peterpan, mereka pernah melakukan konser
di enam kota di Indonesia dalam sehari. Itu terjadi pada 18 Juli 2004
ketika peluncuran album Taman Langit.
Konsep konser kali ini sudah lama dipersiapkan Berlian Entertainment dan
Musica Studio”s sebagai label NOAH. “Kami mulai efektif menyiapkan
konsep ini pada April lalu. Kondisi A, B, C, dan D kami pelajari dengan
detail,” kata Dino Hamid, CEO Berlian Entertainment, ketika dihubungi
Jawa Pos di kantor Berlian Entertainment, Sampoerna Strategic Square,
Jakarta, Kamis lalu (20/9).
Itu berarti mereka sudah mempersiapkan konser saat Ariel masih berada
di dalam penjara. Sebagaimana diketahui, duda satu anak itu akhirnya
bisa menghirup udara bebas setelah masa hukumannya berstatus bebas
bersyarat pada 23 Juli 2012. Sejak itu, Ariel langsung terlibat dalam
persiapan konser “Bandung Bondowoso” tersebut.
Promotor konser dengan label sebenarnya sudah memulai kerja sama yang
apik sejak konser “25 Tahun Kahitna” pada September tahun lalu. “Dari
situ kami terus berkomunikasi untuk menyiapkan konser ini. Tapi, karena
saat itu Ariel masih dipenjara, kami nggak bisa bicara lebih jauh,”
lanjut Dino. Dia baru mengembangkan konsep konser itu secara detail
setelah mendengar kabar bahwa Ariel akan bebas bersyarat pada Juli 2012.
Promotor yang sukses mendatangkan Justin Bieber, Janet Jackson, David
Foster & Friend”s, dan NKOTBSB itu membuat konsep integrasi. Konser
Tanpa Nama yang digelar di The Hall Senayan City, Jakarta, pada 29 Mei
2012 adalah bagian awalnya. Kala itu Noah minus Ariel menggelar konser
instrumental.
“Setelah itu, konser lima negara itu. Kami semua lega karena berjalan
lancar meski sebetulnya semua tegang. Bikin deg-degan pokoknya,” ungkap
Dino.
Pihak label maupun promotor menginginkan acara itu berjalan on
procedure. Semua harus benar-benar positif. Tidak ada isu miring sekecil
apa pun. Karena itu, mereka berbagi tugas. Pihak label mengurus segala
sesuatu yang berkaitan dengan legal aspect, sementara promotor mengurus
treatment. Dan, benar saja, untuk mengurus perizinan saja mereka sport
jantung.
“Bayangkan, izin menyelenggarakan konser baru keluar Senin, 10
September. Padahal, konsernya 16 September. Menurut pengalaman kami, itu
paling mepet,” cerita Dino.
“Biasanya kami sudah jualan tiket 3-6 bulan sebelum konser. Ini lima
hari sebelum konser baru keluar izinnya. Makanya, kami tidak announce
apa-apa kan,” lanjut dia.
Soal izin pertunjukan menjadi hal superpenting dalam konser kali ini.
Apalagi, Ariel baru keluar dari penjara dengan status bebas bersyarat.
Dia harus mendapat izin khusus dari Dirjen Pemasyarakatan Kemenkum HAM.
Terlebih, konser tersebut juga digelar di luar negeri. “Itu juga yang
bikin kami ketir-ketir,” ujar Dino lagi.
Tapi, semua akhirnya bisa teriak lega ketika izin untuk Ariel keluar
pada Selasa (11/9). Saat itu berbarengan dengan Noah mengadakan
konferensi pers secara langsung di SCTV.
“Kami sangat bersyukur bisa mengumumkan bahwa Noah akan konser lima
negara dalam sehari. Soalnya izin untuk Ariel baru keluar tiga menit
sebelum acara konpers on air. Wah, deg-degannya luar biasa,” beber Dino.
Menurut dia, bila saat itu izin Ariel belum keluar, promotor tidak
berani mengumumkan rencana konser lima negara tersebut. Mereka hanya
berfokus konser di Jakarta. Izin untuk Ariel dikeluarkan Dirjen
Pemasyarakatan bertanggal 12 September 2012. Surat itu ditembuskan
kepada menteri hukum dan HAM, inspektur jenderal Kementeriankum HAM,
kepala Kejaksaan Negeri Bandung, dan kepala Balai Pemasyrakatan Kelas I
Bandung perihal izin keberangkatan Ariel untuk melakukan konser kegiatan
sosial pada 14-16 September 2012.
Izin itu seperti golden ticket buat Noah, promotor, dan label. Dengan
izin tersebut, semua menjadi tampak mudah. “Ibaratnya, kalau izin itu
keluar, yang lain lampunya hijau semua,” lanjutnya.
Begitu pula, persiapan konser di luar negeri (Australia, Hongkong,
Malaysia, dan Singapura) berjalan seperti yang diinginkan. Sebab,
promotor Noah menjalin kerja sama dengan promotor-promotor di negara
tujuan jauh hari sebelumnya.
“Kami jelaskan kondisinya. Ada A dan B. A adalah kondisi ideal dan B
adalah worst case-nya. Setelah izin itu keluar, berarti yang terjadi
adalah kondisi ideal. Berarti kami diberi jalan yang terbaik,” imbuhnya.
Pada hari H konser, suasananya tak kalah menegangkan. Sebab, semua pihak
yang terlibat dalam konser tersebut harus bisa me-manage waktu dengan
tepat. Waktu menjadi faktor utama. Time code. “Itu yang selalu dan
selalu kami bahas. Pasalnya, kalau telat 5 menit saja, ke belakangnya
pasti telat semua,” tegasnya.
Apalagi, bila konser di Jakarta sampai telat, fatal akibatnya. Sebab,
konser terakhir itu disiarkan secara langsung di stasiun televisi
swasta. Untuk itu, mereka harus menyewa private jet berkapasitas sepuluh
orang untuk mengangkut personel dan kru NOAH dari satu negara ke negara
lain. Strategi yang mereka pakai adalah tiba di Australia lebih awal.
Australia krusial karena masuk ke negara itu lebih ketat. Jadi, mereka
berangkat ke Negeri Kanguru tersebut pada 14 September, dua hari sebelum
hari H (16/9).
Keberangkatannya dibagi dua. Empat personel NOAH, yakni Uki, Lukman,
Reza, dan David, berangkat lebih dahulu. Ariel dan Dino berangkat
setelahnya. Pesawat jet belum digunakan dalam perjalanan itu.
Konser di Australia dilangsungkan di The Hi Fi Melbourne pukul 00.01
waktu setempat. “Di Australia waktu kami agak banyak. Jadi, kami bisa
ngumpul dulu. Setelah itu, barulah perjalanan sebenarnya dimulai,” kata
dia, lalu tersenyum lebar.
Konser di The Hi Fi juga menjadi istimewa karena saat memasuki tanggal
16 September itu bertepatan dengan hari ulang tahun ke-31 Ariel. Ada
kejutan kecil dari panitia dan penonton untuk perayaan ultah pemilik
nama Nazriel Irham tersebut. Sayang, konser di Melbourne harus dipotong
satu lagu karena mereka harus terbang ke Hongkong sesuai dengan jadwal
pesawat.
“Kami sudah menyiapkan tim dari hulu sampai hilir di setiap negara.
Mulai artis turun pesawat sampai kembali lagi ke pesawat. Ada time
controller yang harus ketat me-manage waktu,” beber Dino.
Dari Melbourne itulah mereka baru menggunakan pesawat jet sewaan. Selain
Ariel, Uki, Lukman, Reza, dan David, pesawat kecil itu diisi Dino
Hamid, kamerawan SCTV, dan dua petinggi Musica Studios, yakni Indrawati
Widjaja dan Gumilang Ramadhan. Perjalanan Melbourne”Hongkong yang paling
lama, yakni delapan jam. Disusul Hongkong-Kuala Lumpur (3,5 jam), Kuala
Lumpur-Singapura (1 jam), dan Singapura-Jakarta (1 jam).
Selama di pesawat, para personel NOAH lebih sering tidur dan istirahat.
Sebab, setelah dari Melbourne, yang terjadi selanjutnya adalah turun
pesawat, menuju venue konser, manggung, kembali ke pesawat, terbang ke
negara selanjutnya. Tidak ada waktu bagi para personel untuk sekadar
makan di restoran.
“Nggak ada (waktu). Nggak sempat juga. Makannya ya di pesawat. Mandi aja
nggak sempat. Cuma ngelap-ngelap aja dikit di pesawat,” cerita Dino,
lalu tertawa kecil.
Karena itu, ketika tiba di lokasi konser terakhir di Jakarta, mereka
merasa plong dan senang luar biasa. Terlebih, mereka bisa sampai di
Jakarta tidak melebihi tanggal 16 September. NOAH mulai perform on air
di Skeeno Hall, Gandaria City, pukul 23.20.
Setelah sukses konser di lima negara dalam sehari itu, promotor masih
punya pekerjaan rumah untuk menyiapkan konser NOAH di delapan kota di
Indonesia mulai 28 September. Lalu, pada 2 November konser penutupan di
Mata Elang International Stadium, Ancol.
http://www.hariansumutpos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar