Minggu, 23 September 2012

Ranah 3 Warna




"Man Shabara Zhafira"
"Man Jadda Wajadda"
"Man yazra' yahsud"

"Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang."

Syair Imam Syafi'i

"Bersabarlah dan ikhlaslah dalam setiap langkah perbuatan
Terus-meneruslah berbuat baik, ketika di kampung dan di rantau
Jauhilah perbuatan buruk, dan ketahuilah pelakunya pasti diganjar, di perut bumi dan di atas bumi
Bersabarlah menyongsong musibah yang terjadi dalam waktu yang mengalir
Sungguh di dalam sabar ada pintu sukses dan impian kan tercapai
Jangan cari kemuliaan di kampung kelahiranmu
Sungguh kemuliaan itu ada dalam perantauan di usia muda
Singsingkan lengan baju dan bersungguh-sungguhlah menggapai impian
Karena kemuliaan tak akan bisa diraih dengan kemalasan
Jangan bersilat kata dengan orang yang tak mengerti apa yang kau katakan
Karena debat kusir adalah pangkal keburukan."

syair Sayyid Ahmad Hasyimi

"Jangan menyerah. Menyerah berarti menunda masa senang di masa datang"
"Semakin banyak yang melihat aku dengan sebelah mata, semakin menggelegak semangatku untuk membuktikan bahwa kita tidak boleh meremehkan orang lain, bahkan tidak boleh meremehkan impian kita sendiri, setinggi apapun. Sungguh, Tuhan Maha Mendengar."


Buku ini merupakan buku ke dua dari sebuah trilogi. Buku yang pertama adalah Negeri 5 Menara. Yang mengisahkan tentang tokoh utama bernama Alif dan kehidupannya selama bersekolah di pondok, hingga akhirnya lulus.

Buku ke dua ini, Ranah 3 warna merupakan cerita Alif setelah keluar dari pondok dan mendapatkan tantangan demi tantangan dalam hidupnya. Tantangan yang pertama adalah bagaimana dia harus mengikuti tes kesetaraan SMA agar bisa melanjutkan kuliah, juga harus mengikuti UMPTN. Mungkin untuk orang yang bersekolah di SMA itu merupakan hal yang biasa tapi tentu tidak bagi Alif, karena ia harus mempelajari pelajaran SMA yang tentunya tidak semua ia pelajari di pondok.

Pelajaran selama 3 tahun jika ia sekolah di SMA, harus ia pelajari dalam waktu hanya beberapa bulan. Tentu tidak mudah, tapi dengan semangat yang juga menjadi quotes di buku Negeri 5 Menara "Man Jadda Wajada" akhirnya ia berhasil lulus ujian kesetaraan SMA dan juga UMPTN, dimana sebagian besar orang di sekitarnya "meremehkan" bahwa ia akan berhasil. Dan ia membuktikan bahwa ia bisa berhasil!!

Dan akhirnya ia kembali meninggalkan tanah minang untuk melanjutkan kuliah di Bandung. Dan semua tentu tidak berjalan mulus begitu saja. Hal yang paling memukul alif adalah ketika ayahnya sakit dan ia diminta oleh ibunya untuk pulang ke minang, dan akhirnya setelah sempat merawat sang ayah, hingga bisa dikatakan sembuh dan hendak kembali ke Bandung ternyata Allah berkehendak lain. Ayah Alif meninggal. Beliau berpesan agar allif tetap rajin sekolah dan juga membela ibu dan adik-adiknya.

Hal-hal yang menimpa Alif begitu bertubi-tubi. Saat akhirnya ia kembali ke Bandung, ia mendapatkan masalah keuangan, karena sekarang hanya ibunya yang dapat mengiriminya uang sedangkan kebutuhan Ibu dan adik-adiknya tentu juga tidak sedikit. Alif yang sempat drop akhirnya mampu menguatkan dirinya sendiri. Dan akhirnya bangkit dan dapat menjadi seorang penulis yang awalnya hanya untuk media lokal hingga akhirnya mampu merambah media nasional.

Lika liku alif tidak hanya saat ia ada di Bandung tetapi juga tentang perjalanannya sampai ke benua Amerika. Sedikit disinggung juga tentang asmara yang dirasakan Alif, serta kompetisinya secara tak langsung dengan sahabatnya dari tanah minang yang memberi warna tersendiri.

Banyak hal menarik yang disuguhkan dalam novel ke dua A. Fuadi ini. Bahwa apa yang terjadi pada Alif sangat mungkin juga terjadi pada diri kita.

Seperti halnya buku Negeri 5 Menara buku ini juga banyak menyimpan pesan. Salah satunya adalah yang menjadi quotes buku ini : "Man Shabara Zhafira" Siapa yang bersabar akan beruntung.

Man jadda wajada - siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, kesungguhan hati dan tekad yang kuat dalam menjalani sesuatu untuk meraih yang diinginkan memang sangat diperlukan, tetapi ketika apa yang dilakukan selalu membentur tembok / selalu gagal ada hal lain yang tak kalah penting yang diperlukan. Man shabara zhafira - siapa yang bersabar akan beruntung, yup... dibutuhkan rasa sabar yang kadang sepertinya memang tak semudah mengucapkannya. Sabar disini tidak dengan berpasrah menyerahkan segalanya pada Allah dan tak lagi berbuat apa-apa, tetapi sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung yang paliiing ujung. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar